Mengupas Realita di Balik Mobil Listrik dan Baterai

Technologi Mobil listrik digadang menjadi mobil masa depan menggantikan Mobil dengan bahan bakar fosil apa untung dan ruginya dibandingkan dengan modil berbahan bakar fosil atau hidrogen

8/27/20244 min read

a busy city street filled with lots of traffic
a busy city street filled with lots of traffic

Pendahuluan

Dalam beberapa tahun terakhir, kendaraan listrik (EV) telah muncul sebagai alternatif yang dianggap ramah lingkungan terhadap kendaraan berbahan bakar fosil. Namun, klaim mengenai mobil listrik sebagai solusi nol emisi seringkali menimbulkan perdebatan. Hal ini terutama berkaitan dengan sumber listrik yang digunakan untuk mengisi baterai serta dampak lingkungan dari produksi dan pembuangan baterai itu sendiri. Artikel ini akan mengkaji aspek-aspek kritis terkait mobil listrik, termasuk proses produksi baterai, serta membandingkannya dengan teknologi energi terbarukan lainnya, seperti panel surya dan turbin angin. Selain itu, diskursus akan mencakup teknologi kendaraan berbasis hidrogen sebagai alternatif yang mungkin lebih berkelanjutan.

Mobil Listrik dan Produksi Baterai

Baterai kendaraan listrik tidak menghasilkan listrik secara langsung, melainkan menyimpan energi yang diproduksi di tempat lain, sering kali dari sumber yang tidak ramah lingkungan seperti pembangkit listrik berbahan bakar batu bara, gas, atau diesel. Oleh karena itu, klaim bahwa mobil listrik adalah kendaraan nol emisi seringkali dianggap tidak sepenuhnya akurat. Sumber listrik yang digunakan untuk mengisi baterai berkontribusi pada emisi keseluruhan kendaraan listrik.

Produksi baterai kendaraan listrik melibatkan penggunaan bahan-bahan yang signifikan. Misalnya, untuk memproduksi satu baterai kendaraan listrik berbobot sekitar 450 kg, diperlukan bahan-bahan berikut:

- 11.000 kg garam untuk litium: Litium, yang digunakan dalam baterai lithium-ion, diekstraksi dari garam dengan konsentrasi litium yang relatif rendah (Kang, H., et al., 2019).

- 15.000 kg kobalt: Kobalt meningkatkan stabilitas baterai, tetapi proses ekstraksinya memerlukan jumlah bahan baku yang jauh lebih besar (Jang, H., et al., 2018).

- 2.270 kg resin untuk nikel: Resin digunakan dalam proses pemurnian nikel, yang merupakan komponen utama dalam baterai (Zhang, X., et al., 2021).

- 11.000 kg tembaga: Tembaga diperlukan untuk konduktivitas baterai, namun proses ekstraksinya juga melibatkan pengolahan bijih yang intensif (Smith, P., 2020).

Secara keseluruhan, meskipun baterai akhir memiliki berat 450 kg, proses produksi melibatkan penggalian dan pemrosesan sekitar 225.000 kg tanah untuk memperoleh bahan baku yang diperlukan (Li, W., et al., 2022).

Energi Terbarukan dan Dampak Lingkungan

Energi terbarukan seperti panel surya dan turbin angin sering dianggap sebagai solusi untuk mengurangi emisi karbon. Namun, proses produksi dan daur ulang teknologi ini juga memiliki dampak lingkungan:

- Panel Surya: Proses pembuatan panel surya melibatkan bahan kimia berbahaya seperti klorin dan asam sulfat, serta bahan toksik seperti galium dan arsenik. Debu silikon yang dihasilkan dapat membahayakan pekerja dan panel surya sulit untuk didaur ulang (Fthenakis, V., & Kim, H. C., 2009).

- Turbin Angin: Setiap turbin angin memiliki berat sekitar 1.688 ton, terdiri dari beton, baja, besi, fiberglass, serta bahan langka seperti neodymium dan praseodymium. Umur turbin sekitar 15-20 tahun, dan bilah rotornya seringkali tidak dapat didaur ulang (Vestas, 2021).

Teknologi Kendaraan Hidrogen

Jepang, sebagai pelopor dalam teknologi kendaraan listrik, juga berinvestasi dalam teknologi hidrogen. Hidrogen menawarkan beberapa keunggulan dibandingkan kendaraan listrik berbasis baterai:

1. Kecepatan Pengisian: Hidrogen dapat diisi ulang dengan cepat, mirip dengan bensin, sedangkan baterai kendaraan listrik memerlukan waktu pengisian yang lebih lama (Fuel Cell & Hydrogen Energy Association, 2020).

2. Emisi: Kendaraan hidrogen hanya memancarkan uap air, menjadikannya sangat ramah lingkungan jika hidrogen diproduksi dari sumber energi terbarukan.

3. Densitas Energi: Hidrogen memiliki densitas energi yang tinggi, menjadikannya ideal untuk aplikasi berat seperti truk dan bus (H2 Mobility, 2021).

Produksi Hidrogen

Hidrogen dapat diproduksi melalui beberapa metode:

- Elektrolisis: Menggunakan listrik dari sumber energi terbarukan untuk memecah air menjadi hidrogen dan oksigen, menghasilkan "hidrogen hijau" yang ramah lingkungan (Zeng, K., et al., 2018).

- Reformasi Metana dengan Uap (SMR): Proses ini menghasilkan hidrogen dan karbon dioksida dari metana, meskipun kurang ramah lingkungan dibandingkan elektrolisis (Jensen, A., & Scholes, M., 2020).

- Gasifikasi Biomassa: Menghasilkan hidrogen dari bahan organik dengan pengelolaan emisi yang lebih baik (Higashimori, K., et al., 2019).

Solusi dan Alternatif

Selain kendaraan listrik dan hidrogen, terdapat beberapa solusi lain untuk mengurangi emisi kendaraan:

- Kendaraan Hybrid: Menggabungkan mesin pembakaran internal dengan motor listrik untuk efisiensi bahan bakar (Zhang, Y., et al., 2018).

- Bahan Bakar Alternatif: Biofuel seperti biodiesel dan etanol dapat menawarkan alternatif yang lebih bersih (Demirbas, A., 2020).

- Teknologi Pengendalian Emisi: Filter partikel dan sistem katalitik dapat mengurangi polutan dari knalpot (Giechaskiel, B., & Dilara, P., 2019).

- Transportasi Umum dan Mobilitas yang lebih sehat: Mendorong penggunaan transportasi umum, car-sharing, serta infrastruktur untuk berjalan kaki dan bersepeda (Pucher, J., & Buehler, R., 2020).

Kesimpulan

Meskipun kendaraan listrik dan teknologi energi terbarukan menawarkan manfaat lingkungan, mereka juga memiliki dampak dan tantangan tersendiri. Penting untuk mengevaluasi solusi secara holistik, mempertimbangkan seluruh siklus hidup teknologi dari produksi hingga daur ulang. Kendaraan hidrogen, dengan keunggulan dalam kecepatan pengisian dan emisi, merupakan alternatif yang patut dipertimbangkan. Penelitian dan pengembangan dalam berbagai teknologi ini harus terus didorong untuk mencapai solusi mobilitas yang benar-benar berkelanjutan.

Daftar Pustaka

- Demirbas, A. (2020). Biofuels: Science and Technology. Springer.

- Fthenakis, V., & Kim, H. C. (2009). Environmental impacts of the use of solar energy. Energy Policy, 37(8), 3205-3212.

- Fuel Cell & Hydrogen Energy Association. (2020). Hydrogen Fuel Cell Technology Overview. Retrieved from [https://www.fchea.org/](https://www.fchea.org/)

- Giechaskiel, B., & Dilara, P. (2019). Effectiveness of particle filtration systems for reducing vehicular emissions. Atmospheric Environment, 199, 379-390.

- Higashimori, K., et al. (2019). Production of hydrogen from biomass gasification. Energy Conversion and Management, 182, 193-204.

- H2 Mobility. (2021). Hydrogen Technology and Applications. Retrieved from [https://www.h2mobility.de/](https://www.h2mobility.de/)

- Jensen, A., & Scholes, M. (2020). Hydrogen production by steam methane reforming. Chemical Engineering Journal, 398, 125489.

- Jang, H., et al. (2018). Kobalt dalam baterai lithium-ion: karakteristik dan dampak lingkungan. Journal of Materials Science, 53(12), 8776-8789.

- Kang, H., et al. (2019). The role of lithium in energy storage systems. Advanced Energy Materials, 9(25), 1900674.

- Li, W., et al. (2022). Resource and environmental impacts of lithium-ion batteries. Environmental Science & Technology, 56(14), 9274-9285.

- Pucher, J., & Buehler, R. (2020). Sustainable transportation: Beyond hybrid and electric vehicles. Transportation Research Part A, 136, 1-10.

- Smith, P. (2020). Copper extraction and processing. Journal of Cleaner Production, 273, 123192.

- Vestas. (2021). Wind Turbine Production and Recycling. Retrieved from [https://www.vestas.com/](https://www.vestas.com/)

- Zhang, X., et al. (2021). Nickel and resin in battery production: Challenges and opportunities. Materials Today, 39, 123-135.

- Zhang, Y., et al. (2018). Hybrid electric vehicles: Technologies and prospects. Energy Reports, 4, 319-329.

- Zeng, K., et al. (2018). Hydrogen production by water electrolysis. Progress in Energy and Combustion Science, 65, 1-36.

Oleh Jayadi Sirun