Hukum, Forensik dan Konsultan
Kebijakan Redonominalisasi Rupiah: Strategi, Tantangan, Risiko, dan Efisiensi
Kebijakan Redonominalisasi Rupiah oleh Pemerintah adalah: Strategi, Tantangan, Risiko, dan Efisiensi tata kelola transaskis
Jayadi S
11/19/20252 min read
Pendahuluan
Kebijakan redonominalisasi rupiah telah menjadi salah satu topik hangat dalam diskusi ekonomi di Indonesia, pada akhir-akhir ini walaupun bukan merupakan baru. Tujuan utama dari kebijakan ini adalah untuk meningkatkan efisiensi sistem moneter dan finansial, serta memudahkan masyarakat dalam melakukan transaksi sehari-hari. Merubah nilai nominal mata uang ini bukan senering tetapi menyederhanakan nomonal tanpa mempengaruhi nilai transaksi. Kebijakan ini tentu memberikan dampak besar terhadap perekonomian secara keseluruhan. Nampaknya kebijakan ini guna membangun citra mata uang pada skala regional dan internasional agar tidak dianggap telah mengalami hiper inflasi pada masa lalu. Namun demikian penyelarasan nilai mata uang tetap akan mempengaruhi sistem digit dan software akuntasi keuangan menjadi lebih efisien sekalipun tidak semudah membalik tangan. Pada kenyataannya di tengah masyarakat, penyederhanaan nilai mata uang telah mendahului kebijakan pemerintah, misalnya penyebutan Rp 1.000.000, menjadi Rp 1000. Atau Rp1000 menjadi Rp 1. dampak positip akan tenbentu Efisiensi Transaksi menjadi lebih sederhana, cepat, dan mengurangi risiko salah dan meningkatkan produktivitas secara keseluruhan. Namun efisiensi ini akan merubah pencatatan sistem keuangan di semua level mulai dari perusahaan, bank, industri keuangan, hingga laporan keuangan pemerintah sekalipun lebih ringkas dan mudah dibaca tetapi berakibat pada seluruh sistem akuntasi perpajakan, mesin EDC, ATM, software akuntansi, dan sistem pembayaran perlu penyesuaian, jika tidak akan menimbulkan kekacauan yang berpotensi meimbulkan kerugian yang lebih besar.
Strategi Redonominalisasi Rupiah
Salah satu strategi yang diusung dalam kebijakan redonominalisasi rupiah oleh pemerintah adalah penyederhanaan angka nol yang terlalu banyak pada mata uang Indonesia. Merubah dari Rp. 1.000 menjadi setara Rp. 1 , maka masyarakat akan lebih mudah dalam melakukan perhitungan dan transaksi. Strategi pendek adalah sosialisasi kepada masyarakat mengenai perubahan ini, agar sistem perbankan dan masyarakat dapat penyesuaian perubahan ini. Penyederhaan secara masif tanpa sosialisasi dapat memicu kenaikan harga, gejolak Nilai Tukar, salah ditafsirkan pasar internasional yang dapat membuat nilai tukar Rupiah melemah secara spekulatif dan bisa memicu pemalsuan nilai dalam transaksi, misalnya harga suatu barang sesungguhnya Rp.5.000, bisa disalah tafsirkan sebagai Rp 5 milyar.
Tantangan dan Risiko Kebijakan Redonominalisasi
Meskipun kebijakan ini menjanjikan banyak manfaat, ada tantangan dan risiko yang harus dihadapi. Salah satu tantangan utama adalah pemahaman masyarakat yang masih rendah terkait kebijakan redonominalisasi. Jika masyarakat tidak memahami perubahan ini, mereka mungkin akan merasa bingung atau skeptis terhadap nilai uang baru. Selain itu, ada juga risiko dampak inflasi yang harus diperhatikan. Meskipun kebijakan bertujuan untuk menstabilkan nilai mata uang, terutama dalam jangka pendek akan menimbulkan guncangan kepercayaan, memicu inflasi, fluktuasi nilai tukar, ketidakpastian dalam perekonomian selama masa transisi dan resiko fiskal yang dapat menekan APBN. Dalam konteks tersebut, penting bagi pemerintah untuk melakukan edukasi dan kampanye publik yang masif untuk menjelaskan pentingnya redonominalisasi dan bagaimana penerapannya dapat membawa efisiensi. Mengingat banyaknya perubahan yang terjadi, aman bagi kebijakan ini untuk memperhatikan konteks sosial dan kondisi ekonomi saat diimplementasikan.
Efisiensi dari Kebijakan Redonominalisasi
Redonominalisasi diharapkan dapat menciptakan efisiensi dalam sistem keuangan di Indonesia. Rata-rata waktu yang dihabiskan untuk melakukan transaksi dapat berkurang, dan ini sangat berkaitan erat dengan penciptaan lingkungan bisnis yang lebih baik. Dengan penurunan angka nol pada mata uang, diharapkan proses akuntansi, pencatatan transaksi, hingga penggajian dapat dilakukan lebih cepat dan mudah oleh perusahaan. Pada akhirnya, efisiensi ini bisa dilihat dari peningkatan daya saing Indonesia di tengah perekonomian global. Secara keseluruhan, kebijakan redonominalisasi rupiah membawa harapan baru bagi perekonomian Indonesia, meskipun harus diimbangi dengan edukasi yang efektif dan mitigasi terhadap risiko yang ada. Hanya dengan pemahaman yang baik, pelaksanaan yang strategis, dan kerja sama dari semua pihak, target efisiensi yang diharapkan dapat tercapai dan memberikan hasil yang positif bagi masyarakat. Keberhasilanya akan ditentukan oleh edukasi dan sosialisasi serta kepercayaan publik terhadap nilai transaksi.
