Nyeri: Mengatasi Rasa Sakit Secara Alamiah

Nyeri adalah pengalaman rasa sakit yang dialami pasien yang mencari pengobatan untuk menghilangkan rasa sakit. Namun, obat sering kali hanya menutupi gejala, sementara penyembuhan alami dapat menja...

9/27/20246 min read

a bird sitting on top of a stone wall
a bird sitting on top of a stone wall

Nyeri umumnya digambarkan sebagai sensasi yang tidak menyenangkan, ketidaknyamanan yang dirasakan seseorang akibat gangguan fisik atau nonfisik. Nyeri, sebagai konsep dan gejala telah dibahas pada berbagai literasi medis profesional dan umum. Nyeri adalah mekanisme rasa yang berdampak langsung terhadap perilaku fisik dan berpengaruh terhadap psikologis, misalnya, sakit perut, nyeri dada, nyeri anggota badan, nyeri punggung bawah. Sebagaimana dijelaskan dalam sistem Klasifikasi Nyeri Kronis IASP (Merskey & Bogduk, 1994) dan lainnya (Derasari, 2000; Waldman, 2003).

Dasar untuk sejarah klasifikasi nyeri fisiologis (mekanisme) pada dasarnya dimulai dengan Des- Cartes (Melzack & Wall, 1965) pada abad ke-17 tetapi saat itu belum dibingkai sebagaimana istilah yang dipakai sampai saat ini (Thienhaus & Cole, 1998, 2001). Sejarah klasifikasi kondisi nyeri identik dengan sejarah nyeri yang dialami oleh manusia.

Para dokter ahli saraf dan dokter medis pada akhirnya menyadari untuk memulai fokus pada mekanisme nyeri yang merupakan dasar untuk memahami kondisi nyeri dan sebabnya, oleh karena itu, untuk klasifikasi nyeri (Dallel & Voisin, 2001). Berkembang dengan pesat, sekalipun mengalami hambatan perkembangan mentransfer pengetahuan ilmiah ke dalam praktik medis. Klasifikasikan (yaitu, label atau presentasi klinikal didasarkan atas dari gejala yang berpusat pada nyeri sebagai cara untuk memfasilitasi komunikasi antara pasien dan dokter untuk menghasilkan perawatan nyeri yang lebih baik. Tujuannya agar secara medis dapat diimplementasikan untuk mengurangi penderitaan dan meningkatkan fungsi tubuh, yang merupakan tujuan utama praktik manajemen nyeri (Fields & Martin, 2001).

TEORI DAN PEMIKIRAN RASA SAKIT

Nyeri yang dialami oleh seseorang digambarkan dalam berbagai cara, yaitu Intemporal terms: nyeri kronis, nyeri subakut, dan nyeri akut, dalam karakterisasi nyeri intermiten ini, nyeri yang dapat ditarik, nyeri lancinasi, nyeri rujukan, nyeri terbakar, dan nyeri takibat benda tumpul. Dalam diagnosis medis nyeri sering di klasifikasi sebagai hantu, nyeri kanker, nyeri pembuluh darah, nyeri rematik, nyeri saraf, nyeri otot, fibromyalgia, nyeri myofascial, nyeri yang dipertahankan secara simpatik, dan sindrom nyeri regional kompleks.

Nyeri mekanistik / etiologis disebut sebagai nyeri neuropatik dan nosiseptif, seperti diklasifikasikan ke dalam Inanatomisepsionalisti yang dapat meliputi sakit kepala, sakit punggung, nyeri leher, nyeri wajah, nyeri anggota badan, nyeri perut, dll. Dalam istilah sumber atau asal nyeri dibedakan menjadi nyeri sentral yang berasal dari sumsum tulang belakang atau otak, atau nyeri perifer. Nyeri dalam istilah psikiatri / psikogenik: nyeri psikosomatis ("all-in-the-head"), dll.

Caudill (1995) menganalisis rasa sakit dari berbagai sudut untuk menekankan kompleksitasnya rasa yeri secara biologi yaitu signyal sakit yang menyakiti bahwa tubuh memberi sinyal telah dirugikan/ disakiti. Secara psikologis, nyeri yang dialami sebagai penderitaan emosional ynag menghasilkan perilaku yang dapat merubah seseorang untuk bebas bergerak atau bertindak. Nyeri secara kognitif mendorong seseorang untuk menemukan penyebab, dan kemungkinan car acara untuk memperoleh pengobatan guna menghilangkan rasa nyeri. Secara Rohani, nyeri berfungsi sebagai pengingat akan kefanaan, sekaligus kelemahan pada diri manusia hal yang berbeda apabila nyeri ditinjau dari sisi budaya sebagai Upaya ketabahan seseorang untuk bertahan sedemikian hingga memaksa seseorang untuk menerima sebagai sesuatu yang alamiah.

Gangguan Nyeri, menurut kodekan American Psychiatric Association, 2000, gangguan nyeri terkait dengan faktor psikologis, dan kondisi umum yang dihubungkan dengan disfungsi organ tertentu di mana saraf mengirimkan sinyal rasa sakit yang hanya dapat dideskripsikan naum tidak memberikan wawasan tentang mekanisme nyeri yang mendasari, sedangkan penderita atau komponen yang secara efektif sebagai factor yang tidak dapat dipisahkan belum diketahui.

Karakteristik Klasifikasi Nyeri, telah diklasifikasikan berdasarkan lokasi anatomi dalam sistem tubuh yang berhubungan dengan durasi, tingkat keparahan, frekuensi, dan etiologi (Cole, 2002). Merskey dan Bogduk (1994) telah berhasil menyusun klasifikasi dibanyak kondisi nyeri, pada semua rasa sakit, yang disebut dalam literatur medis modern sebagai system klasifikasi rasa nyeri. Banyak factor yang mempengaruhi klasifikasi nyeri, seperti factor budaya, kepribadian, stres psikososial, status gizi, dan keadaan penyakit lainnya yang sering mengacaukan pemahaman tentang faktor penyebab rasa sakit (nyeri). Profesional kesehatan dan masyarakat umum cenderung memikirkan lokasi di mana rasa nyeri itu ada, terlebih dahulu. Waldman (2002, 2003) telah berhasil membuat daftar nyeri untuk menggambarkan banyak lokasi memungkinkan timbul kondisi nyeri yang bersifat umum dan tidak umum.

Kategorisasi nyeri tradisional yang paling sederhana yaitu "akut" dan "kronis". Nyeri akut biasanya hanya menunjukkan hasil stimulasi sistem deteksi nyeri yang berfungsi untuk memungkinkan penderita menghindari atau meminimalkan kerusakan jaringan. Nyeri kronis bahwa rasa sakit dirasakan oleh penderita dalam jangka waktu yang lama, yang seringkali secara sewenang-wenang ditetapkan dalam kurun waktu 3 hingga 6 bulan, penetapan seperti ini mengabaikan factor penyebab signifikan. Pembagian rasa sakit "akut" dan "kronis", apakah terdapat hubungan mekanistik ?, sebab nyeri akut merupakan nyeri nosiseptif sederhana sedangkan nyeri kronis merupakan campuran patologi yang kompleks di sepanjang jalur saraf.

Dr. Lippe (1998), menyarankan penggunaan istilah, eudynia (nyeri yang baik) dan maldynia (nyeri yang parah), sebagai generalisasi untuk menggambarkan eudynia sebagai akut, dan maldynia sebagai kronis, meskipun secara actual penderita nyeri memiliki derajat atau level yang sulit untuk di klasifikasikan sebab ada kecenderungan rasa nyeri lebih kompleks dari kedua istilah tersebut. Pertimbangan "Biopsikososial" adalah satu langkah lebih maju dari klasifikasi "tradisional" yang telah dikenal selama ini bahkan masih digunakan oleh Sebagian besar ahli medis. Berbeda dengan nyeri Patogenetik, berhubungan dengan penyakit turunan sebagai penyebab primer atau sekunder dari sekian klasifikasi penyakit utama. Contoh inflamasi jangka panjang dapat melibatkan nyeri nosiseptif dan neu-ropati.

Sistem klasifikasi nyeri telah gagal untuk memberikan rentang rasa sakit untuk mendekati penyebabnya. Secara etiologic, nyeri menurut IASP berhubungan dengan rasa sakit yang timbul akibat stimulus tertentu yang terkadang sulit untuk diketahui. Model biopsikososial yang digunakan untuk mengklasifikasikan nyeri secara konvensional dihubungkan dengan rentang yang dialami oleh penderita, namun sering mengabaikan mekanisme rasa sakit, kecuali yang berhubungan dengan nyeri yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah. Sekalipun jalur yang sama setiap mekanisme akan menghasilkan rentang rasa nyeri yang berbeda-beda contoh nyeri yang dirasakan akibat benda tumpul pada lengan atau disebabkan oleh kanker.

Konsep Craig (2002), bahwa rasa sakit hanyalah salah satu manifestasi dari sistem homeostasis pikiran dan sensor tubuh. Dari sudut pandang pasien, nyeri mencakup kehendak untuk memperoleh perawatan sementara (farmasi) guna menekan rasa sakit hingga remisi permanen atau penyembuhan patologi/penyakit yang mendasarinya dapat teratasi. Apakah pemberian obat stimulus menghilangkan factor rasa nyeri atau sebaliknya dalam kurun waktu tersebut obat farmasi telah menipu alam pikiran untuk merasakan nyeri, yang sebenarnya adalah penyembuhan terjadi secara alami dalam kurun waktu itu. Jelas, ini semua adalah konsep yang sangat manfaat, tetapi, umumnya masih bersifat akademis dan tidak memberikan banyak bantuan praktis kepada dokter untuk menemukan factor penyebab. Konsep patofiologi nyeri, tersedia dalam banyak literatur ilmiah medis yang perlu dikaji lebih mendalam lagi sedemikian hingga sebab dan factor dari dapat ditemukan secara pasti jadi mikir hingga pengobatan merupakan cara untuk menghilangkan factor sebab bukan sebagai Paseblo.

Rasa sakit bagi penderitaan adalah sensasi yang tidak menyenangkan yang dimaknai sebagai penderitaan yang sangat mengganggu sekarang secara fisiologis. Sebagian besar sistem klasifikasi nyeri saat ini sebenarnya memasukkan penderitaan sebagai bagian penting dari kondisi nyeri yang dijelaskan. Jika penderitaan dihilangkan rasa nyeri sekalipun secara fisik penyakit itu belum sembuh, secara teoritis, rasa sakit sebenarnya tetap ada namun secara logis tidak datang untuk memperoleh pengobatan medis lebih lanjut. Penderitaan, rasakan nyeri sebagai pengalaman hidup yang terpisah atau tetap berada di ranah psikopsikiatri dan tidak dapat diukur secara objektif untuk beberapa waktu lama penderita mengalami rasa sakit dengan demikian terdapat hubungan yang signifikan antara rasa sakit yang dirasakan oleh penderita..

Nyeri Adalah Peristiwa Mikroskopis

Memahami nyeri nosiseptif bukanlah peristiwa psikologis, peristiwa fisik, biokimia, atau termal yang mikroskopis. Stimulasi akut dari bahaya sebagai timbulnya nyeri nosiseptif (mendeteksi sesuatu di ujung saraf nyeri), mungkin mendahului nyeri neuropatik (jalur transmision hipersensitif) yang terjadi pada ujung saraf nyeri mikroskopis. Nyeri sebagai sinyal bahwa ada sesuatu yang salah secara fisik, biokimiawi, atau termal. Neurotransmitter melintasi sinapsis dan zat neurotoksik endogen dan eksogen bersifat mikroskopis merespon. Neuron pinggiran dan pusat hulu yang berfungsi dengan normal. Karena neuron bersifat mikroskopis, periferal atau pusat, hulu neuropatik juga merupakan peristiwa "mikroskopis". Kehadiran patologi makroskopis mungkinbelum menjelaskan nyeri yang bersifat local baik nosiseptif atau neuropatik. Patologi makroskopis, kemungkinan tidak diperlukan, bahkan mungkin tidak terkait dengan rasa nyeri yang dirasakan. Namun, pasien dan dokter tetap berusaha mencari patologi makroskopis sebagai penjelasan untuk rasa sakit dan penderitaan, misalnya, pasien nyeri punggung bawah memikirkan pasien akibat dari " tergelincir", meskipun setidaknya 85% nyeri punggung tidak spesifik berhubungan secara langsung dengan patologi mikroskopis.

Hasil pemeriksaan dengan MRI (Coghill et al., 1994) atau pemindaian PET (Iadarola et al., 1995) menunjukkan area aktivasi karakteristik nyeri sebagai respons terhadap rangsangan berbahaya baik nosiptive maupun neuropatik. Meskipun belum digunakan dalam praktik klinis sehari-hari, informasi ini menggambarkan bahwa rasa sakit dapat diukur melalui fenomena pemicu otak fisiologis yang mirip dengan "persepsi". Penderitaan nyeri cenderung memanifestasikan dalam pola yang berbeda, kadangkadang dengan area yang diaktifkan oleh rasa sakit, dan kadang tanpa kebetulan rasa sakit. Dengan demikian, ada beberapa kasus yang secara teoritis bisa mengalami rasa sakit tanpa menderita pada penderita lain tidak mengalami hal yang sama seperti penderita kusta tidak memiliki rasa sakit dan tidak ada penderitaan langsung (Brand, 1993).

MEKANISME SAKIT

Ilmu kedokteran selama beberapa dekade telah mengetahui bahwa serat A-delta somatik yang maju secara evolusioner dan serat C simpatik primitif mengirimkan sinyal nyeri dalam keadaan khusus. Selain mentransmisikan informasi dingin, serat A-delta juga mengirimkan informasi nyeri termal dan mekanis secara relatif cepat ke sistem saraf pusat. Serat-C, di sisi lain, mengirimkan informasi nyeri termal dan mekanis relatif lambat dan agak tidak tepat ke sistem saraf pusat, misalnya nyeri hangat dan nyeri terbakar. Persepsi dapat didefinisikan sebagai lokalisasi dan kuantifikasi oleh sistem saraf pusat sinyal dari jalur nyeri A-delta dan C-fiber. Sistem klasifikasi kondisi nyeri saat ini sangat membantu, tetapi sistem klasifikasi ini kompleks dan tampaknya tidak diatur untuk menyediakan pegangan bagi dokter yang berpraktik

Konsultasi Hukum, Scientific dan Medical

Tinjauan Nyeri: Klasifikasi dan Konsep

Jayadi Sirun